Kaca Piring no 12
oleh : Aday dayari
Tepat pukul
21.00 WIB kenapa suara-suara di bangsal ini tak kunjung hening, suara-suara itu
terus saja bergemuruh saling bersautan tak tentu. Seorang ibu meringis
kesakitan suaranya lirih berusaha tak mengganggu yang lain, ditirai lainnya
terdengar seorang lelaki muda yang berbicara menggunakan telepon genggamnya
dalam pembicaraanya jelas sekali membicarakan biaya pembayaran rumah sakit,
ditirai yang satu ini volume kebisingan nya tak terkira, orang-orang didalam
tirai ini tertawa terbahak-bahak, bersendagurai lepas sekali, seperti mereka sedang berada di Taman kota. Bangsal
berisi empat tempat tidur bertirai ini tak jauh beda pasar swalayan, padahal
manusia-manusia didalamnnya sedang berada dalam kondisi yang tidak sehat, dan
mereka disini tentu pula memerlukan istirahat yang tenang.
Diranjang besi
paling pojok dekat jendela ibu meringis kesakitan, entah apa jelasnya penyakit
ibuku ini, tapi bagian perut adalah bagian yang paling sakit tutur ibuku, setiap
terjaga ibu selalu meringis kesakitan, “Aduh,
perih sekali perut ini” tutur ibu sembari memeras perutnya. Aku tak mampu berlaku banyak hanya mampu
mengajak ibu untuk terus tenang dan memintannya untuk tertidur, karena aku tahu
setiap ibu tidur, ibu selalu tenang dan tidak pernah meringis kesakitan.
Sebenarnnya ini adalah hari kedua ibu berada dalam ruangan ini, namun
kebisingan ruangan ini lebih bising dari
kemarin, ini diakibatkan dari tamu yang mengunjungi pasien yang
ranjangnya berada dipojok dekat WC berjumlah lebih dari 10 orang, sehingga
kebisingan berhasil mereka ciptakan, padahal satu jam yang lalu pasien yang
berjenis kelamin perempuan itu baru saja tidak sadarkan diri, dan keluarganya
sempat medoakan nya, seperti sudah sekarat saja pasien itu, tapi setelah pasien
itu tertidur dan terlihat lebih baik, keluarga itu kembali mencipta kebisingan.
“Tidak apa-apa, besok juga sembuh”
suara seorang bapa di balik tirai, “Ia tenang saja, hanya sakit perut biasa,
paling juga mencret” celoteh seorang ibu dihiasi tetawa khasnya, ruangan pengap
ini pun semakin pengap dengan suara orang-orang itu.
Malam ini
menjadi malam yang sulit ibu lewati, dari tadi para pengunjung dikamar ini tak
kunjung berhenti berbicara, mereka bising sekali, aku pun yang dari tadi
membaca buku menjaga ibu amat sangat terganggu, ibu terus saja mengeluh “Apa mereka tidak tahu tempat ini rumah
sakit ? berisik sekali”. Sambil memegangi perutnya ibu terus saja mengoceh
tak karuan, “Semakin sakit rasanya perut
ini” Ibu mengeluh dan menegeluh sepanjang malam, ditemani bising
orang-orang di ranjang pojok itu.
Aku semakin
risau melihat keadaan ibu , sudah lebih dari satu minggu aku tidak bekerja dan
memilih menunggui ibu yang sakit dirumah, namun ternyata semakin hari sakit ibu
semakin menjadi, hingga aku memutuskan membawa ibu ke RS yang lumayan jauh dari
rumahku dipinggiran kota, aku selalu menginginkan yang terbaik untuk ibu,
maklum aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini kecuali ibu.
Pasien
diranjang pojok dekat WC itu wanita masih muda, tidak jauhlah usianya dengan
ku, dia terlihat menderita dengan sakitnya, kalau aku tidak salah dengar wanita
itu sakit usus buntu, dan akan menjalani operasi besok hari, dari semenjak
keluargannya datang dia beberapa kali pingsan, sepertinya dia tidak sanggup
menahan sakit, setalah sedikit tenang wanita itu tertidur, dan keluarganya
mulai berkumpul didekatnya, dimulailah suasana bising diruangan ini, mereka
mulai melantur membicarakan apa saja dan terbahak-bahak semaunya. Entah
tepatnya pukul berapa orang-orang itu mulai meninggalkan ruangan ini satu
persatu, saat aku melihat jam, pukul 01.20 WIB ruangan ini sudah sepi, setiap
orang mulai terlelap tidur, mataku tertuju pada ibu yang begitu damai tidur
tanpa terganggu orang-orang itu lagi, tap aku takut besok mereka kembali dan
menjadikan ruangan ini bising kembali,
sudah pasti ibuku akan terganggu waktu istrahatnya, aku tidak mau orang yang
aku sayangi akan meringis kesakitan kembali jika ia terjaga besok.
Aku coba dekati
pasien yang keluargannya bising tadi ku tatap wajahnya, cantik juga dia, tapi
sayang badannya terlihat kurus karena sakit yang dia derita. Aku hanya ingin
besok ruangan ini lebih tenang dan ibuku bisa tertidur pulas, dank au pun harus
istrahat dengan tenang, agar kau tidak menderita dengan sakit mu, aku hanya
ingin besok keluargamu tak berkunjung lagi kesini, atau jika mereka berkunjung
mereka berkunjung untuk terakhir kalinya,
Ibu besok kau
akan lebih tenang beristirahat, besok tidurmu akan lelap, dan pasti kau akan
segera sembuh, ibu malam ini tidurlah dengan nyeyak, aku pun tak lupa
mengucapkan selamat hari ibu.
Pagi-pagi, ibu
dibangunkan oleh teriakan seorang wanita dalam ruangan Kacapiring no 12
21 December 2015/Ruang Kacapiring
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahka masukan komentar anda!