Minggu, 18 Mei 2014

Pertunjuan Drama Basa Sunda Cinta Katungkul Ku Pati oleh Bumi Sandiwara

         



  20 April 2014, Sebuah kelompok kesenian asal Kota Sukabumi, memntaskan naskah Drama Bahasa Sunda yang berjudul Cinta Katungkul Ku Pati karya Ayi Goblay Sasmita di Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung dalam gelaran Festival Drama Bahasa Sunda (FDBS) ke 13, masih seperti pertunjukan sebelumnya Bumi sandiwara pasti di sutradarai oleh Achmad dayari yang sekarang sedang melanjutkan pendidikannya di pasca sarjana STSI Bandung program studi pengkajian seni pertunjukan. Sejak 2008 ahmad dayari menyutradarai drama bahasa sunda untuk di pentaskan di FDBS, sebelumnya ahmad dayari atau yang kerap di panggil aday menyutradarai kelompok teater cermin, 2008 naskah Roronggo, 2010 naskah Cukang, 2012 naskah Gandrung New York, 2014 Dengan naskah Cinta Katungkul Ku Pati.
            Eksistensi Bumi Sandiwara memang patut di acungi jempol dalam pengembangan seni teater di Kota Sukabumi, berdiri sejak 2006 kelompok independen ini terus berusaha mengembangkan diri melalui media seni, baik musik tradisi, teater atau yang lainnya, mengembangkan bentuk-bentuk seni dengan berlandaskan pada identitas kesundaan adalah misi utama bumi sandiwara.
            Cinta katungkul ku pati adalah masalah sosial sebuah kelompok penjahat yang pada masanya sangat bejaya dengan nama kelompok Meong Pitu namun kelompok ini mengalami keguncangan kepemimpinan ketika sang pemimpin meong hejo meninggal, dua orang anggota kelompok yang bernama meong hideng alias Rayana karta dan meong bodas alias haji mardud mereka berdua menjadi kandidat paling kuat sebagai calon pemimpin dalam gerombolan ini, dan akhirnya Meong Bodas yang memenangkan kekuasaan tersebut, namun ternyata perebutan kekuasaan hanyalah gambaran penulis tanpa ada pelakonanya, cerita dalam lakon tidak berbicara tentang semua itu, cerita dalam lakon menceritakan tentang 25 tahun setelahnya mengenai percintaan dua orang anak manusia yang ternyata memiliki konflik yang rumit, cinta mereka ternyata tidaklah boleh dipersatukan, karena cinta itu adalah cinta sedarah, pendek cerita ternyata dua orang anak manusia yaitu mumun dan asep adalah anak dari satu orang ayah yaitu Meong Hideung atau Rayana Karta alias Abah Dayat, Cinta menjadi malapetaka untuk keluarga ini, dipenghujung cerita Abah Dayat, Mumun dan Asep memilih mengakhiri hidupnya karena kompleksitas cerita cinta diantara mereka.

            Bumi sandiwara mengemas pertunjukan ini secara realis dalam pelakonannya, dengan kemasan yang menari, sebagai wakil satu-satunya dari Sukabumi, BS patutlah berbangga walau tidak menjadi juara dalam festival ini, BS berusaha mengembangkan dirinya dalam segala kekurangannya. Sebuah perjuangan yang patut di apresiasi, atas nama kesenian tentunya.

Sabtu, 03 Mei 2014

PEMAHAMAN KOMUNIKASI SECARA UMUM

PEMAHAMAN KOMUNIKASI SECARA UMUM 

Komunikasi, pada sebagian orang diartikan sebagai proses penyampaian pesan (massage transmission process) atau oleh James Lull (1997) diartikan sebagai proses pertukaran makna atas simbol-simbol bermakna. Dapat diketahui dari perkembangan ilmu komunikasi interaksi yang terjadi antar manusia tidak hanya sekedar menyampaikan sesuatu agar lawan bicaranya menjadi tahu tetapi jauh lebih luas dari itu yaitu mampu mempengaruhi agar lawan bicaranya melakukan sesuatu sebagaimana yang kita harapkan. Pikiran seseorang yang dipengaruhi oleh perasaan biasanya berwujud: ide gagasan, informasi, keterangan, himbauan, permohonan, saran, usul bahkan perintah.

FUNGSI KOMUNIKASI 

Fungsi komunikasi banyak dibahas oleh para ahli komunikasi, salah satunya dikemukakan oleh William I. Gorden yang mengemukakan komunikasi memiliki empat fungsi yaitu :
Fungsi komunikasi sosial 
Komunikasi sosial mengisyaratkan kepada kita bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk mempertahankan kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, serta menumupuk hubungan dengan orang lain. 
Fungsi komunikasi ekspresiif 
Komunikasi ekspresif memiliki kaitan yang erat dengan komunikasi sosial. Fungsi komunikasi ini dapat dilakukan baik sendirian maupun kelompok, 
Fungsi komunikasi ritual
Fungsi komunikasi ini biasanya dilakukan secara kolektif, setiap masyarakat biasanya memiliki acara-acara ritual yang biasa mereka lakukan setiap tahun dengan gaya dan tradisi yang sama ada pula masyarakat yang melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun seperti : menyambut kelahiran, upacara pernikahan, pesta ulang tahun, sunatan dan lain-lain. Oleh para antropolog acara-acara itu disebut “rites of passage”
Fungsi komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental memiliki beberapa tujuan umum, sebagaimana yang kita kenal meliputi :
Komunikasi yang berfungsi untuk memberitahukan atau menerangkan
Komunikasi untuk menghibur
Untuk menambah pengetahuan dengan tujuan member wawasan-wawasan baru/inovasi-inovasi baru

BENTUK BENTUK KOMUNIKASI

Komunikasi personal 
Komunikasi pribadi atau personal communication adalah komunikasi yang terjadi disekitar diri seseorang baik dia berperan sebagai komunikator maupun komunikan komunikasi bentuk ini memiliki dua jenis komunikasi yaitu intara pribadi atau antar pribadi 
Komunikasi intrapribadi (intarapersonal communication)
Komunikasi ini terjadi dalam diri sendiri, dalam prosesnya komunikasi ini berlangsung seseorang berperan sebagai komunikator dan komunikan, setiap manusia akan berbicara pda dirinya sendiri, ataupun bertanya pada dirnya sendiri dan dijawab olh dirinya sendiri
Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)
Joseph A. Devito mengemukakan komunikasi antar pribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek atau beberapa umpan balik yang terjadi seketika.
Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok (Grup Communication) dapat diartikan sebagai suatu proses komunikasi yang berlangsung antar seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang, komunikasi kelompok terdiri dari komunikasi kelompok kecil (small grup communication) dan komunikasi kelompok besar (large grup communication).
Yang perlu dicatat disini bahwa pegertian kelompok kecil dan kelompok besar bukan saja menunjukan besar kecilnya orang yang berkumpul bersama-sama disuatu tempat tetapi ditentukan pula pleh factor psikolgis yang mengikat mereka untuk melakukan pendekatan kepada masalah interaksi kelompok kita perlu membagi perhatian kepada dua tahap aktivitas yaitu : 
Tahap gagasan 
Tahap emosional 
Factor-faktor yang harus diperhatikan oleh seorang komunikator didalam menghhadapi kelompok antaralain sebagai berikut :
Norma-norma dan nilai-nilai
Pengalaman hidup seseorang dalam ikatan kelompok
Lingkungan sosial
Komunikasi massa
Hafied Cangara mengemukakan bahwa komunikasi massa adalah proses Komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepda khalayak yang sifatnya masal melalu alat alat yang sifatnya mekanis seperti radio, televise, surat kabar dan film, komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dan menggunakan media.
Karakteristik komunikasi massa
Komunikasi massa bersifat umum
Komunikasi bersifat heterogen
Media massa menimbulkan keserempakan
Hubungan komunikator-komunikator bersifatt non pribadi.


KABARET MENJADI PEREDUKSI IDENTITAS SENI TEATER DAERAH

BAB I
LATAR BELAKANG

Seni pertunjukan menjadi sesuatu yang selalu menarik untuk diteliti karena kedinamisannya. Seni pertunjukan di dunia ataupun di Indonesiia selalu memiliki keberagaman bentuk yang terus berubah dari waktu kewaktu, keberagaman bentuk ini dapat dipengaruhi dari pelakunya, sosialnya ataupun lingkungannya, secara sosial kemajuan teknologi telah memberi dampak yang signifikan pada pergeseran bentuk-bentuk seni pertunjukan dari masa kemasa, kecanggihan teknologi diabad ke duapuluh tidak hanya mengubah pola hidup manusia semakn praktis begitu juga mengubah beragam bentuk seni pertunjukan semakin praktis pula, Menurut Luckas bahwa hidup dibawah modernisme kapitalistik adalah sebuah distorsi, bahkan kesenian pun adalah buah proses yang terdistorsi. Seni dimasa lalu, bagi sekolahh Frankfurt adalah bagian integral dari kebudayaan masyarakat tetapi datangnya ilmu-ilmu pengetahuan alam menyebabkan masyarakat terindustrialisasi dari dirinya sendiri dan menjadi budak ilmu dan teknik (Mudji, 71 : 2005)
Teater menjadi salah satu bentuk seni pertunjukan yang pergeseran bentuk bentuknya dipengaruhi oleh kemajuan zaman serta pola pikir masyarakatnya, beberapa bentuk teater menjadi pragmatis sesuai dengan kebutuhan penontonnya yang hidup di era yang dituntut untuk serba cepat, bermunculanya bentuk drama musical dan kabaret khususnya di Indonesia banyak menggeser bentuk teater yang lebih realisme tanpa lagu-lagu atau tarian, pada kenyataannya apresiator teater lebih menggandrungi bentuk bentuk teater musical yang didominasi oleh tarian musik yang mengalun dari awal hingga akhir pertunjukan serta kostum dan artisrik yang gemerlapan. Dikalangan pelajar bentuk kabaret menjadi salah satu alternatif seni peran yang mudah untuk ditampilkan dan memiliki daya pikat yang kuat pada penontonya. Ini semua mejadi sebuah dilema dalam perkembangan seni teater disatu pihak perkembangan seni teater lebih menarik dan populer namun dilain pihak seni teater kehilangan jatidirinya sebagai seni yang sakral dan memerlukan proses yang panjang untuk mencapai estetiknya sehingga menciptakan sebuah katarsis bagi para pelaku teaternya walau terkadang bentuk-bentuk teater tersebut tidak diterima dengan baik oleh apresiatornya, hanya menjadi bahan peluapan emosi senimannya
BAB II
ISI

KABARET SEBAGAI IDENTITAS BARAT
Beberapa tahun ini produksi drama musikal di Indonesia semkin meningkat, sebut saja drama musikal “Laskar Pelangi” yang diangkat dari novel, kemudian film dan di ubah menjadi drama musikal, kemudian “Lutung Kasarung” garapan Didi Petet yang dipertunjukan di Bandung dan Jakarta, terbaru ada pertunjukan drama musikal “Siti Nurbaya” yang dibandrol dengan harga tiket sampai Rp. 1.500.000.- untuk VVIP, merupakan harga yang fantastis untuk sebuah pertunjukan teater muskal yang di gelar di Indonesia yang notabene negeri ini masih carut marut marut dengan urusan ekonomi, serasa kontradiktif jka mendengar harga tiket sebuah pertunjukan yang mungkin bergaris lurus dengan gaji buruh satu bulan namun bukan hal tersebutlah yang akan menjadi fokus penulis, penulis hanya memberikan gambaran besar tentang mulai gandrungnya masyrakat umum terhadap dunia seni pertunjukan di Indonesia khusnya pertunjukan musical. Di kota Bandung memang juga terjadi gejala yang sama di kota kembang ini beberpa kelompok teater fokus dengan garapan drama musikalnya, seperti AAP, Potret, dan yang lainya, dikalangan pelajar drama musikal mengkrucut menjadi sebuah pertunjukan yang diberinama “Kabaret” pertunjukan ini mungkin hadir lebih dulu dibanding menyerbakna pertunjukan Drama musikal baik di kota Jakarta atau Kota Bandung. Pertujnjukan Kabaret di kota Bandung tidak hanya digemari oleh kelompok teater pelajar saja namun kelompok mahasiswa dan independent sekalipun menyenangi jenis pertunjukan ini.
Istilah kabaret berasal dari sebuah kata berbahasa Prancis untuk ruangan bar atau cafe yang merupakan tempat lahirnya hiburan ini, kata ini awalnya berasal dari bahasa Belanda tengah “Cabret”, bahasa Prancis utara kuno “Camberrete dan dari bahasa latin “camera” yang pada intinya meiliki makna “Ruangan kecil”, kabaret juga merujuk ke rumah bordil gaya Mediterania, bar dengan meja-meja dan wanita-wanita yang berbaur serta menghibur para pengunjung bar tersebut sering juga ditambah dengan hiburan seperti tari-tarian tergantung tempatnya masing-masing, sifatnya dapat liar dan kasar 





Kabaret Prancis (Wikipedia)


Bentuk pertunjukan kabaret di Indonesia berkembang pesat di daerah Jawa Barat khusunya di wilayah Bandung, bentuk kabaret di Bandung memiliki ciri secara umum dari audio mixing musik terjadinya pengabungan antara sound fx, potongan iklan, potongan dialog film, potongan pertunjukan seni seperti wayang, ilustrasi musik dan yang paling menonjol adalah dari bentuk dialog yang direkam atau lipyinc semua itu digabungkan dalam sebuah rekaman, dalam tata pentasnya kabaret menggunakan artistik panggung layak pertunjukan teater konvesional namun dibuat lebih sederhana sampai terkesan seadanya. Kelompok kabaret di Bandung di dominasi oleh pelajar usia SMA atau SMP namun tidak menutup kemungkinan mahasiswa dan masyarakat umumpun banyak yang bergeliat dalam kabaret ini. 
Kabaret menjadi sebuah industri budaya pragmatis yang mengucilkan estetika teater yang sesungguhnya yang dibangun sejak lama, kabaret merupakan proses pasif para penikmatnya, mereka mencoba menghindar dari komleksitas sebuah pertunjukan seni teater yang merupakan tingkat kecerdasan para penggiatnya, bentuk pragmatis ini mencoba menghindar dari tata artistik yang baik dan tata pentas yang baik yang selalu terbangun dari pertunjukan teater, kabaret amat sangat menurunkan setandarisasi pertunjukan seni teater sesungguhnya, sehingga menimbulkan bentuk dangkal dalam sebuah seni pertunjukan, ini semua demi mengejar kepragmatisan sebuah seni teater, mengejar konsumsi publik, dan popularitas hingga menciptakan kapitalisme produk kesenian. Inilah yang dipandang oleh Adorno dan Horkheimer sebagai muslihat besar sebagai dosa masa lalu atas kuasa rasio teknologi, individu justru kehilangan basis otonomi dan kendali atas dirinya dengan “pencerahan” justru masyarakat diposisikan seolah-olah sebagai subjek, padahal mereka adalah objek dalam perspektif ini, budaya tidak lagi lahir dari masyarakat sebagaimana yang dipahami dalam konsep ”mass culture,” namun diproduksi dan direproduksi oleh kaum kapitalis atau penguasa dan pemilik modal (borjuasi) untuk meraup keuntungan. Ilusi-ilusi yang mengiring semangat (sprit) “pencerahan” sebagai ekspresi kebebasan atau emansipatoris justru jangan dilihat secara kasat mata. Didalamnya penuh tendensi kepentingan, yaitu ekonomi politik (baca: kekuasaan kelas borjuasi). 

Pertunjukan kabaret yang meluas di Kota Bandung khususnya, berhasil mengikat para penikmatnya yaitu kaum muda dalam lingkaran star syndrom, menciptakan mereka terus berpikir untuk menjadi yang terbaik diatas pentas yang terbaik dalam batasan baik penampilan melalui kostum dan make up yang membuat mereka menjadi cantik atau ganteng hal ini akan mendangkalkan pemikiran mereka dan jelas akan menimbulkan sebuah pemikiran bahwa teater adalah produk budaya praktis bukan produk budaya proses, padahal pada dasarnya proses ini lah yang di cetuskan oleh Aristotels yaitu seni adalah Katarsis, proses pencarian bentuk untuk menjadikan teater sebuah pertunjukan dari bentuk latihan, penggagasan hingga penciptaan artistik, penciptaan adegan, dan kecerdasan sutradara proses inilah yang akan menimbulkan katarsis dalam proses berkesenian.
Adorno dan Horkhaimer, secara tegas mengatakan industri budaya tetap dipandang sebagi industri hiburan yang dikendalikan langsung oleh  industri media turut menawarkan imaji-imaji palsu. Masyarakat mencari kepuasan melalui konsumsi semu, kebahagiaan ilutif serta keindahan palsu yang  ditopang industri  kebudayaan (cultural industry) memanipulasi masyarakat yang tak sekadar berbasis konsumsi tapi juga menjadikan semua artefak budaya sebagai produk industri. 
Dalam sejarahnya kabaret pertama dibuka pada 1881 di Montmartre, Paris Rodolphe SalĂ­s "cabaret artistique." Tak lama kemudian setelah tempat itu dibuka, namanya diganti menjadi Le Chat Noir (Kucing Hitam). Kabaret ini menjadi tempat para seniman kabaret pendatang baru dapat mencoba pertunjukan-pertunjukan mereka di depan teman-teman mereka sebelum dibawakan di depan penonton. Tempat ini mengalami sukses besar, dikunjungi oleh orang-orang penting pada masa itu, seperti Alphonse Allais, Jean Richepin, Aristide Bruant, dan orang-orang dari berbagai bidang kehidupan kaum perempuan dari kelas atas, para wisatawan, bankir, dokter, wartawan, dll. Chat Noir adalah tempat dimana mereka dapat melupakan pekerjaan mereka. Pada 1887, kabaret ditutup karena situasi ekonomi yang buruk yang membuat pertunjukan-pertunjukan seperti ini menjadi vulgar.

KABARET MENJADI PEREDUKSI IDENTITAS SENI TEATER DAERAH

Identitas berasal dari bahasa Inggris Identity yang memiliki pengertian harfiah, ciri, tanda, atau jadi diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain, identitas juga merupakan keseluruhan atau totalitas yang menunjukan ciri-ciri  atau keadaan khusus seseorang atau jati diri dari factor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu, identitas budaya adalah cerminan kesamaan sejarah dan kode-kode budaya yang membentuk sekelompok orang menjadi satu walaupun dari luar mereka tampak berbeda, membicarakan identitas berarti membicarakan sebuah jati diri yang ada pada diri seseorang, dalam perdebatan antara kabaret dan teater daerah tentu akan muncul perdebatan lain mengenai apa yang menjadi identitas dari kabaret ? apa bersinergi dengan kebudayaan Indonesia atau dengan seni teater daerah yang berasal dari Indonesia ?
Sebagai Negara yang terdiri dari ribuan pulau Negara Indonesia memiliki bebagai macam suku sebagai masyrakatnya, suku-suku ini memiliki kebudayaan yang beragam tentunnya bentuk bentuk seni pertunjukannya pun beragam.
  Seni teater Indonesia muncul dari upacara-upacara adat karena pada masa itu seni teater di Indonesia digunkan untuk media menyampaikan rasa syukur, rasa takut dan keinginan untuk terhindar dari berbagai bencana sehingga kesenian bisa menjadi pengemban kekuatan magis yang bisa menyelamatkan kehidupan manusia dan lingkungannya dari gangguan kekuatan supranatural, untuk menghindari semua itu maka masyarakat Indonesia membuatlah berbagai sarana diantaranya upacara upacara.
Upacara ini beragam berbeda disetiap wilayahnya dan berbeda pula bentuknya sesuai kebutuhan menurut Yoyo C. Durachman dalam bukunya Teater Tradisional dan Teater Baru, apakah upacara tersebut untuk pemujaan keagamaan, upacara menanam dan menuai padi, upacara kelahiran, kematian atau perkawinan yang merupakan siklus hidup manusia, upacara menolak bala, upacara membuka hutan atau membuka daerah pemukiman baru, upacara dalam mencari atau bersatu dengan kekuatan gaib. Dengan klasifikasi jenis-jenis upacara ini maka akan muncul juga beragam seni teater yang berbeda bentuknya di wilayah nusantara, seperti :
Makyong dan Mendu dari Riau 
Randai dan Bakaba dari Sumatera Barat
Topeng Arja dan Calon Arang dari Bali
Mamanda dan Papayungan dari Kalimantan
Sanreli dan Pakarena dari Sulawesi
Longser, Wayang Golek, Ubrug, Debus, Sintren dari Jawa Barat
Srundul, Wayang Kulit, Wyang Orang dari Jawa Tengah
Ludruk, Ketoprak dan Topeng Malangan dari Jawa Timur   
Teater tradisional rakyat lahir dalam bentuknya yang amat sederhana, dan penuh unsur sepontanitas, teater tradisional memiliki beberapa ciri khas seperti :
Tanpa menggunakan naskah atau sepontanitas, dengan mengangkat cerita dari kehidupan mereka sehari hari mimpi mimipi mereka, dan cerita sejarah atau dongeng nenek moyang
Bentuk pertunjukannya merupakan penggabungan dari seni tari, musik dan drama, 
Pertunjukan tidak terikat waktu biasanya berlangsung semalam suntuk
Dipertunjukan di luar gedung seperti halaman rumah atau lapangan 
Tidak ada jarak antara penonton dan pemain
Iringan musik tradisional dan penggunaan bahasa daerah

Di Jawa Barat pun berkembang seni teater tadisional diantaranya Uyeg dari Sukabumi, Longser dari Kab. Bandung, Ubrug dan Topeng Banjet dari Bogor. Longser adalah salah satu jenis teater daerah Jawa Barat yang sampai hari ini masih berkembang dan peristiwanya masih terjadi dibeberapa wilayah di Jawa Barat. Kata longser adealah perpaduan dari 2 buah kata yaitu Long dan Ser, Long yang berarti melong atau melihat dengan seksama dan Ser yang berari Ngageleser atau merasakan kenikmatan tertentu hingga pengertian longser dapat disimpulkan barang siapa yang melihat atau menyaksikan longser pasti hatinya akan tergugah, namun menurut Yoto C. Durachman kemungkinan lain longser berasa dari kata Lengger yang artinya centil atau genit ini lebih ditujukan kepada ronggengnya.
Dalam pertunjukanya longser pun terkadang mnggunakan konsep nyanyi-nyanyian, aktor-aktor longser untuk memikat penonton biasanya mereka menggunakan bodoran yang berasal dari pelesetan lagu-lagu yang dinyanyikan secara jenaka, selayaknya drama musikal pada masa kini, berbeda dalam kabaret yang hanya menggunakan media sound tanpa dinyanyikan langsung oleh aktor-aktornya, selain nynayian kabaret pula memaksa aktor nya untuk berdialog tanpa mengelurakan suara, aktor-aktor kabaret hanya membentuk mulut mereka sesuai dengan suara yang muncul dalam sound atau Lipsinc 

Teknik kabaret memotong-motong lagu yang sudah ada atau diolag dalam film dan iklan yang dijadikan bagian dalam rekamanya, menciptkan kabaret seperti seni yang kehilangan etikanya, pada dasarnya saling menghormati hasil karya orang lain tanpa menjiplaknya adalah sebuah bentuk penghormatan pada karya seni orang lain atau kita sebut saja etika berkesenian, etika ini berbanding lurus dengan estetika yang muncul dari seni tersebut, estetika atau nilai keindahan inilah yang menjadi nilai jual pada bentuk kesenian tersebut, 

KABARET MENJADI INDUSTRI SENI PERTUNJUKAN

Menurut R.M Soedarsono konsep sebuah pertunjukan seni untuk pariwisata adalah : Imitasi, Singkat, Variatif, Meninggalkan unsur magis, Murah, hal-hal tersebutlah yang menjadikan sebuah bentuk seni pertunjukan yang diminati masyarakat banyak atau wisatawan, dalam pertnjukan kabaret juga tergambarkan itu semua, sehingga kabaret mampu mengisi ruang mata penonton yang ingin menyaksikan seni praktis namum menarik perhatian, pertunjukan seringkali dipertunjukan di hotel atau thame park (taman bermain) seperti Trans Studio Bandung (TSB), pada tanggal 1 Mei 2014 kabaret Bandung bekerja sama dengan mengadakan festival Kabaret yang diberi nama “Perang Bintang” selanjutnya pada tanggal 10 Juli 2014 akan ada pemecahan rekor bermain kabaret selama lebih dari 6 jam tanpa henti, ini semua membuktikan bahwa ada kerja sama yang baik antara Trans Studio Bandung dengan kelompok kabaret di kota Bandung, hai ini menggambarkan kepercayaan TSB bahwa kabaret mampu mendatangkan nilai ekonomi terhadap TSB itu sendiri berarti kabaret sudah menjadi industri seni pertunjukan, yang jauh meninggalkan perkembangan pertunjukan teater konvensional yang masih kebingungan mencari biaya produksi pertunjukannya.
Kabaret membuktikan eksistensnya dengan mengadakan beberapa festival kabaret tingkat pelajar, hal tersebut dilakukan untuk menciptakan jejaring antara pecinta kabaret dari mulai tingkat pelajar SMP sampai dengan independent atau diluar institusi pendidikan, hal tersebut berhasil menciptkan demam kabaret di kota Bandung, sehingga setiap pertunjukan kabaret selalu saja dipadati oleh penontonya, tentu saja ini akan menjadi pemasukan dari wilayah tiket pertunjukan pun membeludak, sehingga penyelenggara pun tidak dirugikan namun mendapat keuntungan dari setiap penyelenggaraanya.




BAB III
KESIMPULAN

KONVERSI KABARET KE DRAMA MUSIKAL
Menjadi bahan perenungan yang penting untuk mengkonversi kabaret pada drama musical karena dalam kabaret masih daja terjadi bentuk plagiatisasi dari musiknya atau lipsinc yang mengikis estetika pada pertunjukan teater, kabaret masik digolongkan pada jenis pertunjukan teater atau seni peran karena dalam pertunjukannya masih terdapat alur cerita, konflik, dan kejadian latar tenpat dan waktu yang dilukiskan secara gamblang oleh para pelakonya. 
Drama musikal merupakan warisan bentuk teater yang sudah ada semenjak berabad lalu, sebuah pencarian bentuk pertunjukan teater yang mengandalkan kemampuan bernyanyi dan menari dari para aktornya tidak lain untuk memikat penonton sebagai apresiator utamanya, drama musical lebih teliti dalam proses penggarapannya baik dalam musik yang ditampilkan secara live bukan rekaman, atau aktor yang bernyanyi dengan menggunakan vocalnya sendiri, aktor tidak haya menampikan kualitas berdialognya untuk menyampaikan pesan namun juga menampilkan oleh vocalnya berupa nyanyian, ditambah dengan kualitas gerak yang menjadi tari-tarian, pastilah dalam pencarian bentuk-bentuk teater musical memerlukan pencarian panjang untuk mencapai kualitas drama musikal yang baik
Dalam sisi industri drama musikal mampu bersaing, karena bentuk pertunjukannya yang menarik perhatian banyak penonton karena tidak melulu menjenuhkan dengan dialog-dialog panjang serta gesture yang statis, drama musikal sangat dinamis ditambah dengan konsep garap yag menarik pasti akn menjadi satu kemasn produk industri kreatif yang siap untuk di jual.



DAFTAR PUSTAKA

Duracman. C. Yoyo, 2009, Teater Tradisional dan Teater Baru, Bandung, Sunan Ambu STSI Press
http://indra-anwar.blogspot.com/2012/03/definsi-teater-dan-sejarah-teater.html

http://kotakpandorahitam.blogspot.com/2011/10/indusrti-budaya-ditengah-pencerahan.html

http://sendyakalaning.blogspot.com/2011/02/pemikiran-kritis-max-horkheimer.html

http://www.bandung.eu/2012/01/implikasi-seni-kabaret-dalam-pendidikan.html#ixzz2j6ne6VMr

http://seni-drama.blogspot.com/2012/12/definisi teater_18.html#ixzz2dtYmtFyjKutha Ratna. 

Nyoman. 2010. Sastra dan Culture Studies Representasi Fiksi dan Fakta. Pustaka Pelajar; Yogyakarta

Santosa, Eko. Dkk. 2008. Seni Teater Jilid I Untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional; Jakarta.

Soedarsono, R.M, 2003. Seni Pertunjukan dari Prespektif Politik, Sosial dan Ekonomi,Gajah Mada press;Yogyakarta

Soedarsono, R.M, 1999. Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata, Gajah Mada press;Yogyakarta


Sutrisno, Mudji. Dkk. 2005. Teks-teks kunci estetika filsafat seni.  Galangpress; Yogyakarta. 

Syuropati. A. Muhammad. 2012. 7 Teori Sastra Kontemporer & 17 Tokohnya. In AzNa Books; Yogyakarta

Wastap.B.Jaeni. 2011. Diktat Kuliah Teori-Teori Kritis. Dipa STSI Bandung; Bandung