Selasa, 05 Januari 2016

CERPEN : KACA PIRING NO 12



Kaca Piring no 12
oleh : Aday dayari

                Tepat pukul 21.00 WIB kenapa suara-suara di bangsal ini tak kunjung hening, suara-suara itu terus saja bergemuruh saling bersautan tak tentu. Seorang ibu meringis kesakitan suaranya lirih berusaha tak mengganggu yang lain, ditirai lainnya terdengar seorang lelaki muda yang berbicara menggunakan telepon genggamnya dalam pembicaraanya jelas sekali membicarakan biaya pembayaran rumah sakit, ditirai yang satu ini volume kebisingan nya tak terkira, orang-orang didalam tirai ini tertawa terbahak-bahak, bersendagurai lepas sekali, seperti  mereka sedang berada di Taman kota. Bangsal berisi empat tempat tidur bertirai ini tak jauh beda pasar swalayan, padahal manusia-manusia didalamnnya sedang berada dalam kondisi yang tidak sehat, dan mereka disini tentu pula memerlukan istirahat yang tenang.
                Diranjang besi paling pojok dekat jendela ibu meringis kesakitan, entah apa jelasnya penyakit ibuku ini, tapi bagian perut adalah bagian yang paling sakit tutur ibuku, setiap terjaga ibu selalu meringis kesakitan, “Aduh, perih sekali perut ini” tutur ibu sembari memeras perutnya.  Aku tak mampu berlaku banyak hanya mampu mengajak ibu untuk terus tenang dan memintannya untuk tertidur, karena aku tahu setiap ibu tidur, ibu selalu tenang dan tidak pernah meringis kesakitan. Sebenarnnya ini adalah hari kedua ibu berada dalam ruangan ini, namun kebisingan ruangan ini lebih bising dari  kemarin, ini diakibatkan dari tamu yang mengunjungi pasien yang ranjangnya berada dipojok dekat WC berjumlah lebih dari 10 orang, sehingga kebisingan berhasil mereka ciptakan, padahal satu jam yang lalu pasien yang berjenis kelamin perempuan itu baru saja tidak sadarkan diri, dan keluarganya sempat medoakan nya, seperti sudah sekarat saja pasien itu, tapi setelah pasien itu tertidur dan terlihat lebih baik, keluarga itu kembali mencipta kebisingan. “Tidak apa-apa, besok juga sembuh” suara seorang bapa di balik tirai, “Ia tenang saja, hanya sakit perut biasa, paling juga mencret” celoteh seorang ibu dihiasi tetawa khasnya, ruangan pengap ini pun semakin pengap dengan suara orang-orang itu.
                Malam ini menjadi malam yang sulit ibu lewati, dari tadi para pengunjung dikamar ini tak kunjung berhenti berbicara, mereka bising sekali, aku pun yang dari tadi membaca buku menjaga ibu amat sangat terganggu, ibu terus saja mengeluh “Apa mereka tidak tahu tempat ini rumah sakit ? berisik sekali”. Sambil memegangi perutnya ibu terus saja mengoceh tak karuan, “Semakin sakit rasanya perut ini” Ibu mengeluh dan menegeluh sepanjang malam, ditemani bising orang-orang di ranjang pojok itu.
                Aku semakin risau melihat keadaan ibu , sudah lebih dari satu minggu aku tidak bekerja dan memilih menunggui ibu yang sakit dirumah, namun ternyata semakin hari sakit ibu semakin menjadi, hingga aku memutuskan membawa ibu ke RS yang lumayan jauh dari rumahku dipinggiran kota, aku selalu menginginkan yang terbaik untuk ibu, maklum aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini kecuali ibu.
                Pasien diranjang pojok dekat WC itu wanita masih muda, tidak jauhlah usianya dengan ku, dia terlihat menderita dengan sakitnya, kalau aku tidak salah dengar wanita itu sakit usus buntu, dan akan menjalani operasi besok hari, dari semenjak keluargannya datang dia beberapa kali pingsan, sepertinya dia tidak sanggup menahan sakit, setalah sedikit tenang wanita itu tertidur, dan keluarganya mulai berkumpul didekatnya, dimulailah suasana bising diruangan ini, mereka mulai melantur membicarakan apa saja dan terbahak-bahak semaunya. Entah tepatnya pukul berapa orang-orang itu mulai meninggalkan ruangan ini satu persatu, saat aku melihat jam, pukul 01.20 WIB ruangan ini sudah sepi, setiap orang mulai terlelap tidur, mataku tertuju pada ibu yang begitu damai tidur tanpa terganggu orang-orang itu lagi, tap aku takut besok mereka kembali dan menjadikan ruangan  ini bising kembali, sudah pasti ibuku akan terganggu waktu istrahatnya, aku tidak mau orang yang aku sayangi akan meringis kesakitan kembali jika ia terjaga besok.
                Aku coba dekati pasien yang keluargannya bising tadi ku tatap wajahnya, cantik juga dia, tapi sayang badannya terlihat kurus karena sakit yang dia derita. Aku hanya ingin besok ruangan ini lebih tenang dan ibuku bisa tertidur pulas, dank au pun harus istrahat dengan tenang, agar kau tidak menderita dengan sakit mu, aku hanya ingin besok keluargamu tak berkunjung lagi kesini, atau jika mereka berkunjung mereka berkunjung untuk terakhir kalinya,
                Ibu besok kau akan lebih tenang beristirahat, besok tidurmu akan lelap, dan pasti kau akan segera sembuh, ibu malam ini tidurlah dengan nyeyak, aku pun tak lupa mengucapkan selamat hari ibu.
                Pagi-pagi, ibu dibangunkan oleh teriakan seorang wanita dalam ruangan Kacapiring no 12

21 December 2015/Ruang Kacapiring