Minggu, 12 Januari 2014

Naskah Monolog Sederhana EPISODE TERAKHIR SANG PEMIMPI

EPISODE TERAKHIR SANG MIMPI
Oleh Achmad Dayari

                (Seorang wanita bernyayi sambil memeluk boneka plastik) nina bobo oh nina bobo kalau tidak bobo digigit nyamuk… (nada nya lebih tinggi) nina bobo oh nina bobo kalau tidak bobo digigit nyamuk… (nada semakin tinggi) nina bobo oh nina bobo kalau tidak bobo digigit nyamuk
                Itulah nyayian paling merdu yang pernah aku dengar, dulu ketika aku kecil, setiap aku akan tertidur emak selalu saja menyanyikan lagu itu walau emak bukan keturunan sinden namun suaranya amat sangat merdu, sambil bernyayi emak selalu berkata, “Mimpilah yang indah neng dan wujudkan esok pagi”, kata itu selalu terngiang ditelingaku, hingga kini selalu aku ingat kata-kata itu hingga setiap hari aku bermimpi dan mimpi itu selalu saja indah, ini semua berkat emak, kata-kata emak seraya menjadi doa untuk ku, hingga setiap hari aku terus-terusan bermimpi dengan segala keindahannya, dalam mimpi-mimpi itu tak pernah ada keburukan, hingga sering sekali aku tak pernah mau terbangun dari mimpiku sangking indahnya mimpi itu
                Tapi itulah kesalahan emak paling besar, kesalahan yang sudah mengutukku sepanjang hidup, aku tak bisa pergi dari kutukan ini, emaklah penyebab semuanya, emaklah yang pantas disalahkan, kata-katanya memang manis, tapi maknanya benar-benar pahit, waktu kecil aku selalu dibuai oleh mimpi-mimpi dan mimpi, setiap hari mimpi dan mimpi lagi, sekarang baru aku sadari mimpi-mimpi itulah yang manjadikan aku seperti ini.
                Kini aku sadar dan tahu semua ini adalah kutukan, berbelas tahun lalu aku dibuai seorang ibu tua untuk bermimpi yang tinggi dan wujudkan lah, itu lah kata-katanya yang menjelma hadist ditelingaku, hingga setiap hari aku bermimpi tentang ini dan itu, tentang dunia, tentang masa depan, tentang semuanya keindahan hidup ketika semua keindahan itu tak pernah menyapaku saat aku kanak-kanak, tapi itu tidak pernah membuatku menyerah untuk terus bermimpi. Aku bermimpi dan terus menerus menunggu mimpi itu terwujud, emak bilang besok pagi, tapi saat matahari terbit beribu kali, mimpiku tak pernah ada yang terwujud, semuanya dusta, hanya wacana belaka.
                Akupun berpikir bagaimana cara mewujudkan mimpi itu, apapun caranya akan aku wujudkan mimpiku tentang segala keindahan hidup ini, maka aku lakukan berbagai cara untuk mewujudkan mimpi-mimpiku, yah karena ini mimpiku harus aku wujudkan, dan akhirnya aku gapai mimpi itu aku wujudkan semuanya aku berhasil menggapai kindahan hidup ku dapatkan segala yang aku inginkan, aku memiliki segalanya, mimpiku terwujud
                Tapi ternyata bukan ini yang aku mau, bukan kesenangan yang aku mau, aku ingin kebahagiaan, emak ternyata kau salah tentang mimpi-mimpi ini, kau bohong mimpiku akan terwujud esok pagi, setelah esok pagi, saat aku mencari cara untuk wujudkan mimpi ini ternyata kau bohong mak, kau hanya berbohong, mimpi itu tidak pernah ada mak, kau membohongiku dari semenjak aku kecil, hingga aku sekarang tumbuh besar saat aku melihat semuanya ada dihadapanku ternyata aku tidak bahagia, kau tega mak memberikan aku petuah setiap hari tentang mimpi, nyatanya kini keindahan yang aku miliki mengorbankan segalanya dalam hidupku, mengorbankan semua yang ada pada tubuhku,
                kenapa kau cepat mati mak, sebelum menjelaskan tentang mimpi-mimpi ini mak, dongeng-dongeng mu sebelum tidur dulu adalah bualan besar yang menyiksaku, kau bohong mak, aku menyesal mewujudkan mimpi-mimpi ini, aku lebih memimilih untuk tidak pernah memiliki mimpi mak.
                (Menagis) Kau telah meracuni ku dengan keindahan hidup yang harus aku wujudkan, hingga ku terbuai didalamnya, dan sekarang aku mengerti mak, ternyata mimpi paling buruk adalah ketika aku bermimpi dan tak pernah mau bangun dari mimpi itu…
TERDENGAR SUARA SEORANG LAKI-LAKI
                “Cindy”
                (tergesa-gesa bangun) ia sebentar…

26 Desember 2013 10:16


Kamis, 09 Januari 2014

CERITA ADE SUHANDA

CERITA I
Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Ibarat cerita raja midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya menjadi emas, ternyata ketika keinginan dikabulkan dia tidak semakin senang tetapi justru menjadi sebaliknya.

John Naissbitt mengatakan bahwa, era informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi, yang ditandai dengan beberapa Indikator, yaitu; 1) Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat; 2) masyarakat takut dan memuja teknologi; 3) masyarakat mengaburkan antara yang nyata dan yang semu; 4) masyarakat menerima kekerasan sebuah hal yang wajar; 5) masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan; 6) masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.

Naisbitt ingin mengingatkan bahwa, ketika manusia mulai memuja dan menjadikan teknologi sebuah patron tunggal dalam menjalani kehidupan, maka yang sebenarnya terjadi adalah, Ilmu itu telah kehilangan ruh fundamentalnya, karena Ilmu telah mengeliminir peran manusia dan menjadikan manusia sebagai budaknya.

Dengan demikian, Ilmu memerlukan sebuah instrument agar mampu menempatkan ilmu tetap pada tempatnya, dan instrument itu adalah filsafat. filsafat yang kemudian mengembalikan ruh dan tujuan luhur Ilmu, agar Ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan umat manusia. Di samping itu, salah satu tujuan filsafat ilmu adalah mempertegas bahwa Ilmu dan perkembangannya merupakan sebuah instrument, bukan Tujuan. 

Kemajuan Ilmu seiring perjalananya, membuat manusia ingin mendapatkan segala apa yang diinginkan. Sehingga, kemajuan ilmu menjadi sebuah komoditas untuk dapat meraih segala keinginanya secara instant.


CERITA II
Agama dan ilmu dalam beberapa hal menunjukan perbedaanya, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) yang cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari hal baru dan tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin, karena ada janji kehidupan setelah mati. Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia.

Karena bagi masyarakat beragama, walaupun Ilmu memiliki perbedaan yang konfrehensif, baik dalam fase rohani dan fase kebutuhan jasmani, ilmu adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari nilai ketuhanan, karena sumber ilmu yang hakiki adalah Tuhan, karena manusia hanya menemukanya melalui pendekatan-pendekatan dan disiplin ilmu secara tersistematis, dengan kemudian merekayasanya, dan menjadikanya sebuah instrument penting dalam kehidupan. Karena manusia berbeda dengan ciptaan Tuhan lainya, manusia diberikan daya pikir berbeda dengan makhluk lainya. Daya pikir inilah yang kemudian menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi.

Dalam waktu yang sama, antara manusia, daya pikir dan temuan-temuanya, semua itu harus bertanggung jawab dalam balut transcendental, tanggung jawab pada Penciptanya. Karena, daya pikir tersebut tidak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai ciptaan-Nya. Sehingga, konsekuensi logisnya, manusia