14-15
Juni 2014 gedung kesenian kemuning gading Bogor padat dipenuhi seniman-seniman
dari beberapa kota dan kabupaten di Jawa Barat seperti, kota Depok, Kota/Kab.
Bogor, Kota/Kab. Sukabumi dan Kabupaten Cianjur, mereka semua berkumpul untuk
mengikuti Pasanggiri seni daerah yang diselenggarakan oleh dinas pariwisata dan
kebudayaan prpvinsi Jawa Barat, Pasanggiri ini melombakan tiga jenis mata lomba
yaitu, Tari, Karawitan dan Teater, hari pertama, sabtu 14 Juni 2014
diselenggarakan dua mata lomba yaitu tari dan karawitan, tanggal 15 satu mata
lomba yaitu teater
Kabupaten
Sukabumi turut ikut serta dalam helaran akbar ini, dalam kategori teater di
wakili oleh sanggar Bumi Sandiwara yang membawakan naskah “Puun Purnamasari”,
cerita yang diambil dari legenda Nyi Roro Kidul yang sangat terkenal di pesisir
pantai selatan, cerita Puun Purnamasari diangkat dari Pantun Bogor Dadap
Cimandiri, dalam pantun tesebut dituliskan tentang peruangan Puun Purnama sari
ketika kerajaan Pajajaran diserang oleh Demak dan Banten, yang tertulis dalam
pantun tersebut adalah Rakean Kalang Sunda seorang Pejuang Pajajaran yang
memiliki kesaktian luar biasa, Puum Purnamasari adalah putri bungsu raja
Pajajaran dari istrinya yang ke tujuh, Rahyang Kumbang Bagus Setra, suami dari
Puun Purnama Sari, dan Jaya Antea yang merupakan penghianat dari pajajaran yang
merubah namanya menjadi Syah Alkowana, kelompok Seni Bumi Sandiwara tidaklah
mengankat keseluruhan isi pantun kedalam pertunjukan hanya beberpa bagian yang
diangkatnya, yaitu bagian perang antara pajajaran dan demak, serta pertarungan
menghadapi Jaya antea. Dalam bentuk pertunjukannya BS (Bumi Sandiwara) mencoba
menggunakan alur yang bolak-balik, sehingga sedikit merumitkan, namun ini
dilakukan untuk menghindari ke monotonan cerita, agar cerita lebih Nampak dan
memiliki tangga dramatic yang menarik.
Adegan
dibuka dengan pembacaan pantun oleh juru pantun kemudian dilanjutkan dengan
tarian yang menggambarkan sosok pemberi pusaka kepada Puun, puasaka tersebut
adalah Kujang sebagai senjata Puun Purnamasari, munculah suasana perkampungan
pesisir pantai yang aman damai, namun di
ganggu oleh kelompok bajo yang merampas harta para penduduk Cidadap yang
dipimpin oleh Puun Purnamasari, dengan kemampuan Puun yang sakti mandra guna
para Bajopun berhasil diusir dari Cidadap, serita ini dilanjutkan dengan
datangnya Putri dari Puun Purnamasari yaitu Mayang Sagara Pamulangan kelak
mayang sagaralah yang akan menjadi penguasa Cidadap atau yang berubah namanya
menjadi pelabuhan ratu, dan Mayang sagara meubah namanya menjadi Nyi Roro
Kidul, dalam adegan selanjutnya adalah Flash
Back pertarungan pasukan pajajaran yang dikalahkan oleh demak dibawah
pimpinan jaya antea, serta kematian Rahyang Kumbang Bagus Setra oleh Jaya Antea
yang Menyebabkan kesedihan yang mendalam bagi Puun Purnama Sari, namun Jaya
Antea berhasil di kalahkan Oleh Rakean Kalang Sunda
“Dibalangkeun Dia Ku Kami, Disanggap Rancebna
Karancuri Jeung Ombak Nu Ngagalura, Nepika Perlaya”
Itulah
potongan dialog Rakean Kalang Sunda Sesaat Setelah Membunuh Jaya Antea.
Legenda
yang mengakar di wilayah Sukabumi ini dikemas dengan apik oleh BS hingga
menjadikan pertunjukan yang menarik, walau pada pengumumun pertunjukan tebaik
Kab. Sukabumi dalam kategori teater hanya mampu meraih Aktor Terbaik yang
diraih oleh Indri Agustina yang memerankan Puun Purnama Sari, sementara
pertunjukan terbaik diperoleh oleh Kota Depok.
Dari
tiga mata lomba hanya teater yang mampu mnyumbangkan tropi atas nama Kab
Sukabumi, untuk Tari dan Karawitan belum mampu memperoleh hasil yang memuaskan,
tapi ini semua tidak lah mengucikan hati wakil dari Sukabumi, ini Semua akan
menjadi penyemangat untuk meraih prestasi yang lebih baik dimasa yang akan
datang.
Achmad Dayari
Sutradara dan Penulis naskah
“Puun Purnama Sari”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahka masukan komentar anda!